Langsung ke konten utama

Healingku Menjadi Panitia Porseni Cabang Singer Tingkat MTs Provinsi Jawa Timur 7–9 Juli 2025 di Jember / Eko Budi Setiyadi, S.Pd., M.Pd.

Di tengah rutinitas harian sebagai  tenaga pendidik yang penuh dengan target dan tuntutan, saya menemukan momen jeda yang tidak biasa—sebuah healing yang datang melalui pengalaman menjadi panitia Pekan Olahraga dan Seni (Porseni) MTs Provinsi Jawa Timur, khususnya di cabang seni tarik suara (singer). Acara bergengsi ini berlangsung pada 7–9 Juli 2025 di Jember, dan saya beruntung bisa menjadi bagian dari tim pelaksana kegiatan yang mendalamkan makna, memperluas pergaulan, sekaligus menyegarkan jiwa. Cabang singer menjadi salah satu cabang paling menyita perhatian dalam Porseni kali ini. Selain karena melibatkan banyak peserta berbakat dari berbagai daerah di Jawa Timur, cabang ini juga disiarkan langsung melalui live streaming di YouTube, menjangkau penonton dari seluruh penjuru tanah air. Inilah kali pertama cabang singer mendapat porsi eksposur sebesar ini, dan kami sebagai panitia tentu merasa bangga, namun juga penuh tanggung jawab. Sejak masa persiapan, saya terlibat dalam pengatu...

Kebangkitan Nasional untuk Indonesia Kuat: Bangkit, Bangkit, dan Bangkitlah MTs. N 7 Jember By Nurul Laili, S.Pd. M.Pd.I

Pendahuluan

Setiap tanggal 20 Mei, bangsa Indonesia memperingati Hari Kebangkitan Nasional sebagai momentum bersejarah yang menandai dimulainya kesadaran kolektif untuk bersatu, bangkit, dan memperjuangkan kemerdekaan. Kebangkitan Nasional bukan hanya tonggak sejarah masa lalu, tetapi juga menjadi cermin dan inspirasi bagi perjuangan bangsa di masa kini dan mendatang. Tema "Kebangkitan Nasional untuk Indonesia Kuat" merupakan ajakan nyata bagi seluruh elemen masyarakat, termasuk peserta didik Madrasah Tsanawiyah Negeri 7 Jember, untuk bangkit dari keterlenaan zona nyaman dan menatap masa depan dengan semangat juang yang tinggi.

Pada era modern ini, kebangkitan tidak lagi berbicara tentang perlawanan fisik terhadap penjajah, melainkan perjuangan melawan kemalasan, ketidakpedulian, dan ketidakmampuan menghadapi tantangan kehidupan. Bagi peserta didik Madrasah Tsanawiyah Negeri 7 Jember, Hari Kebangkitan Nasional menjadi momen tepat untuk membangun kesadaran bahwa hidup ini penuh dengan rintangan dan godaan, dan tidak ada keberhasilan yang dapat diraih tanpa perjuangan yang sungguh-sungguh disertai dengan ikhtiar dan doa.

Sejarah dan Makna Kebangkitan Nasional

Kebangkitan Nasional lahir dari kesadaran akan pentingnya persatuan dan pendidikan. Berdirinya organisasi Budi Utomo pada tanggal 20 Mei 1908 menjadi simbol dimulainya era baru perjuangan bangsa Indonesia dari berbagai suku, agama, dan daerah. Organisasi ini digagas oleh para pelajar STOVIA yang menyadari bahwa hanya dengan pendidikan dan persatuanlah kemerdekaan dapat diraih.

Seiring perjalanan waktu, semangat ini berkembang dan memunculkan berbagai gerakan nasional seperti Sarekat Islam, Indische Partij, dan Perhimpunan Indonesia. Tonggak penting lainnya adalah Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928 yang menyatukan pemuda dari seluruh penjuru nusantara dalam semangat satu nusa, satu bangsa, dan satu bahasa: Indonesia.

Semangat kebangkitan ini terus bergelora hingga akhirnya Indonesia memproklamasikan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945. Namun, perjuangan belum berakhir. Kebangkitan hari ini harus diwujudkan dalam bentuk kerja keras, inovasi, dan semangat belajar yang tinggi agar Indonesia mampu menjadi bangsa yang kuat dan disegani dunia.

Tantangan Generasi Muda di Era Modern

Peserta didik Madrasah Tsanawiyah Negeri 7 Jember, sebagai bagian dari generasi muda Indonesia, menghadapi tantangan yang sangat kompleks di era digital saat ini. Kemajuan teknologi dan informasi telah membawa banyak kemudahan, tetapi juga melahirkan tantangan berupa kecanduan gawai, menurunnya minat baca, pergeseran nilai moral, serta menurunnya semangat belajar dan bekerja keras.

Godaan untuk hidup santai, malas belajar, serta menjadikan media sosial sebagai pelarian dari realita kehidupan sangat besar. Di sinilah pentingnya semangat kebangkitan nasional diterapkan dalam kehidupan sehari-hari siswa. Mereka harus sadar bahwa kenyamanan yang dirasakan saat ini bisa menjadi jebakan yang menjauhkan mereka dari masa depan yang cerah.

Bangkit dari zona nyaman berarti berani mengambil tanggung jawab atas masa depan sendiri, membangun disiplin, belajar dengan sungguh-sungguh, berani menghadapi kesulitan, dan tidak mudah menyerah. Dalam Islam, semangat ini dikenal dengan konsep "jihad an-nafs", yaitu perjuangan melawan hawa nafsu dan kemalasan diri sendiri.

Perjuangan Tidak Mudah, Tapi Harus Diperjuangkan

Tidak ada jalan mudah menuju kesuksesan. Setiap mimpi dan cita-cita harus dibayar dengan kerja keras, ketekunan, dan kesabaran. Para pahlawan bangsa telah menunjukkan bahwa kemerdekaan bukan hadiah, tetapi hasil dari perjuangan panjang dan berdarah-darah.

Demikian pula dalam kehidupan siswa-siswi Madrasah Tsanawiyah Negeri 7 Jember. Untuk menjadi generasi yang sukses dan berdaya saing tinggi, mereka harus menanamkan tekad untuk belajar dan bekerja keras. Mereka harus membangun karakter tangguh, tidak mudah putus asa, dan selalu bersyukur serta berdoa dalam setiap langkah hidupnya.

Bangkit dari keterpurukan akademik, dari kegagalan, dan dari kemalasan adalah bentuk kebangkitan nasional dalam skala pribadi. Ketika individu-individu muda bangkit, maka bangsa ini juga akan bangkit. Sebaliknya, jika generasi muda terjerumus dalam kemalasan dan kehilangan arah, maka masa depan bangsa akan suram.

Ikhtiar dan Doa: Kunci Menuju Masa Depan Cerah

Dalam ajaran Islam, ikhtiar dan doa adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Ikhtiar adalah usaha sungguh-sungguh yang dilakukan manusia, sementara doa adalah bentuk pengharapan dan ketundukan kepada Allah. Dalam perjuangan meraih cita-cita, kedua hal ini harus berjalan seiring.

Peserta didik MTsN 7 Jember harus dibiasakan untuk memiliki mental pejuang. Mereka tidak boleh mudah menyerah ketika nilai jelek, ketika tugas sulit, atau ketika merasa tidak mampu. Justru di situlah letak ujian sesungguhnya. Mereka harus terus berusaha, memperbaiki cara belajar, meminta nasihat guru, dan tetap berdoa agar Allah memudahkan jalan mereka.

Semangat ini harus ditanamkan sejak dini, bahwa hidup ini adalah ladang perjuangan. Dengan ikhtiar maksimal dan doa yang tulus, tidak ada cita-cita yang mustahil untuk diraih.

Menumbuhkan Semangat Kebangkitan di Lingkungan Madrasah

Madrasah Tsanawiyah Negeri 7 Jember harus menjadi tempat yang membentuk karakter kuat dan semangat kebangsaan yang tinggi. Lingkungan madrasah harus mendorong siswa untuk menjadi pribadi yang unggul, disiplin, dan berakhlak mulia.

Beberapa langkah yang dapat dilakukan antara lain:

  1. Mengadakan kegiatan peringatan Hari Kebangkitan Nasional secara rutin dengan tema dan kegiatan yang menginspirasi.
  2. Mengintegrasikan nilai-nilai perjuangan dan semangat kebangsaan dalam mata pelajaran.
  3. Memberikan teladan dari guru dan tenaga kependidikan dalam hal disiplin, kerja keras, dan semangat belajar.
  4. Mendorong siswa aktif dalam kegiatan ekstrakurikuler, organisasi siswa, dan proyek-proyek sosial.
  5. Membentuk komunitas belajar dan mentoring antarsiswa untuk membangun budaya saling mendukung.

Dengan lingkungan yang mendukung dan inspiratif, semangat kebangkitan nasional akan lebih mudah tumbuh dalam diri siswa.

Penutup

Kebangkitan Nasional bukan sekadar peristiwa sejarah yang diperingati setiap tahun, melainkan semangat yang harus hidup dalam setiap langkah generasi muda bangsa. Bagi peserta didik Madrasah Tsanawiyah Negeri 7 Jember, momen ini adalah kesempatan untuk bangkit dari zona nyaman, menyadari bahwa hidup ini penuh perjuangan, dan bahwa masa depan yang cerah hanya bisa diraih dengan ikhtiar dan doa yang tulus.

Mari jadikan Hari Kebangkitan Nasional sebagai titik balik untuk menjadi pribadi yang lebih kuat, lebih disiplin, dan lebih siap menghadapi tantangan zaman. Dengan semangat kebangkitan yang menyala di dada para siswa, Indonesia akan menjadi bangsa yang kuat, berdaulat, dan bermartabat di mata dunia.

Seperti kata Bung Karno:

"Bangsa yang besar adalah bangsa yang tidak melupakan sejarahnya."

Dan seperti pesan Al-Qur'an:

"Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum sampai mereka mengubah apa yang ada pada diri mereka sendiri." (QS. Ar-Ra'd: 11)

Maka, mari kita mulai perubahan itu dari diri sendiri, dari sekarang, dan dari madrasah tercinta: MTsN 7 Jember. Bangkit, Bangkit, dan Bangkitlah, wahai generasi penerus bangsa, demi Indonesia yang lebih kuat dan bermartabat!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pendidikan: Pondasi Pembentukan Karakter dan Kepribadian Bangsa

Pendidikan merupakan elemen penting dalam membentuk karakter dan kepribadian suatu bangsa. Tidak hanya sekadar proses transfer pengetahuan, pendidikan juga berfungsi sebagai dasar pembentukan nilai-nilai moral, etika, dan identitas yang akan menjadi panduan hidup masyarakat di masa depan. Di Indonesia, pendidikan memegang peranan strategis dalam membentuk karakter bangsa yang bermartabat, toleran, dan berkepribadian kuat, serta mampu bersaing dalam kancah global. Karakter bangsa yang kokoh berawal dari pendidikan yang berkualitas dan berbasis nilai-nilai luhur. Dalam konteks ini, pendidikan bukan hanya berfokus pada aspek intelektual, tetapi juga pada pembentukan sikap, perilaku, dan kemampuan berinteraksi yang baik dalam masyarakat. Pendidikan karakter yang diterapkan di sekolah-sekolah di Indonesia, baik di tingkat dasar, menengah, maupun tinggi, harus dapat menanamkan nilai-nilai seperti kejujuran, tanggung jawab, disiplin, gotong-royong, dan cinta tanah air. Nilai-nilai ini akan me...

"Healing" Liburan, "Gass" PPG! / Enki Dani Nugroho, S.Pd. M.Pd.

Libur semester seringkali identik dengan waktu untuk santai, tidur lebih lama, jalan-jalan, atau sekadar rebahan tanpa merasa bersalah. Tapi bagi peserta Pendidikan Profesi Guru (PPG), liburan bukan berarti sepenuhnya berhenti dari perjuangan. Inilah momen "healing", tapi tetap gass alias tetap produktif dengan cara yang menyenangkan dan tidak menguras tenaga seperti biasanya. Healing bukan sekadar pelesiran ke tempat wisata, tetapi bagaimana mengistirahatkan pikiran dari tekanan, sekaligus tetap menjaga ritme semangat belajar. Jadi, meski liburan, peserta PPG bisa tetap menyusun rencana, membuka kembali catatan materi, atau mengulas portofolio secara santai. Caranya? Duduk di teras rumah, ditemani secangkir kopi dan suara alam, sambil baca modul atau nonton ulang rekaman perkuliahan. Serius tapi santai, gass tapi tetap healing!. Bagi sebagian peserta, healing justru datang saat bisa berkarya di tengah liburan. Membuat media ajar interaktif, mencoba AI dalam menyusun bahan pe...