Healing ku Asyik, Sambil Belajar, dan Mencintai Warisan Budaya Indonesia" oleh : Andriana Nafelian, S.Pd
Gambar Keraton Ratu Boko ,Sleman, Jateng
Oleh : Andriana Nafelian, S.Pd
Secara umum, arti healing dalam bahasa Inggris mengacu pada proses penyembuhan atau pemulihan, baik dari kondisi fisik maupun mental. Secara etimologis, kata healing berasal dari bahasa Inggris Kuno hǣlan, yang berarti "menjadi utuh" atau "menjadi sehat". Akan tetapi dalam pengguna media sosial baru – baru ini menerapkan konsep healing dengan cara pergi berlibur ke tempat yang disenangi. Yupps itulah yang saya suka. Menurut konsep saya sendiri healing adalah berkunjung ke suatu tempat.
Ada satu healing yang membuat saya lebih semangat, menarik, dan menambah pengetahuan, dan melihat warisan budaya Indonesia yaitu berkunjung ke sebuah candi atau bahkan sebuah tempat bersejarah. Menurut saya ada kesenangan sendiri dalam berkunjung ke sebuah candi – candi yang masih bertengger megah hingga saat ini. Didalam sebuah candi terdapat sebuah cerita, keindahahan relief, dan pembelajaran sejarah Indonesia. Jika ke tempat yang berbau sejarah, saya juga sangat suka misalnya ke sebuah pabrik gula sebagai peninggalan para colonial Belanda. Ada juga yang sempat saya kunjungi sebuah situs "Perjanjian Giyanti" di daerah Karanganyar, Jawa Tengah.
Beberapa sebuah candi yang masih sempat saya kunjungi, yaitu Wilayah Jawa Tengah terdiri dari : Candi Prambanan, Sewu, Lumbung, Bubrah, Borobudur, Kalasan, Sari, Sojiwan, Keraton Ratu Boko (Wilayah Sleman dan Klaten), Kompleks Candi Arjuna, Bima, Setyaki (Wilayah Dieng), Penataran, Kalicilik, Sawentar, Singosari, Gununggangsir, Kompleks Mojokerto (Wilayah Jawa Timur). Beberapa sebuah pabrik gula peninggalan juga din daerah Jawa Tengah maupun Jawa Timur.
Gambar 1 : Dokumen kunjungan saya ke sebuah candi
Ketika berkunjung ke sebuah candi, selalu saya abadikan berupa foto maupun video kemudian saya edit menjadi sebuah video lalu diunggah pada sosial media tiktok pribadi saya dengan akun : https:/www.tiktok.com/@andriananafelian9?_t=ZS-8xltDxMpCug&_r=1 terkadang video ini juga saya gunakan dalam media pembelajaran jika sesuai dengan materi dikelas.
Tidak semua orang yang tertarik untuk berkunjung ke sebuah candi. Ada saja orang yang berkomentar, "Ah buat apa berkunjung ke candi, cuman lihat tumpukan batu saja". Hal itu berbeda dengan pandangan saya, candi dalam penglihatan saya pribadi adalah batu-batu yang ditumpuk dan membentuk sebuah bangunan. Tumpukan batu tersebut memiliki sejumlah ragam hias yang terpahat rapi dan indah. Hal yang mungkin belum diketahui orang banyak adalah bagaimana teknik menumpuk batu-batu tersebut, agar bisa tetap berdiri kokoh dan menjulang ke atas. Bahkan pada setiap candi memiliki sejarah didalamnya. Beberapa Bangunan kuno (Candi) ini seringkali memesona wisatawan mancanegara lantaran memiliki arsitektur indah serta nilai sejarah tinggi.
Selain candi, ada sebuah situs sejarah yang pernah saya kunjungi yakni "Situs Perjanjian Giyanti 13-2-1755 di daerah Karanganyar, Jawa Tengah. Dimana hasil dari perjanjian ini menghasilkan yang daerahnya sangat menarik untuk dikunjungi hingga saat ini. Situs ini dikenal sebagai salah satu lokasi tercetusnya perjanjian antara pihak Belanda dan pihak Indonesia untuk memecah belah kekuasaan pada zaman kerajaan Mataram Islam. Yang pada akhirnya terpecah menjadi dua wilayah, yakni Kasultanan Ngayogyakarta dan Kasunan Surakarta. Menarik bukan, healing sambil belajar seperti ini
Gambar 2 : Kunjungan saya ke Situs Perjanjian Giyanti, Karanganyar, Jateng
Beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika kita berkunjung ke sebuah tempat bersejarah seperti ini agar kelestariannya tetap terjaga hingga kelak. Yaitu : taat pada peraturan yang berlaku, menjaga lisan dan perbuatan (sebagai penghormatan karena beberapa tempat bangunan suci yang masih digunakan untuk beribadah kelompok masyarakat lain), menjauhi kegiatan vandalisme (Sebagai bangunan kuno yang kaya akan nilai sejarah, sehingga perlu menjaga kelestariannya agar warisan budaya yang terkandung di dalamnya tak lekang oleh waktu, Jauhi segala macam kegiatan yang dapat merusak keindahan dan kekayaan sejarah bangunan ini), mengenakan pakaian yang sopan dan alas kaki yang sesuai (berbaju sopan sebagai wujud penghormatan karena beberapa tempat dijadikan sebagai lokasi kegiatan keagamaan dimasa lampau maupun masa kini, terkait dalam penggunaan alas kaki yang tajam dapat merusak batuan candi), dan tidak berfoto dengan bergaya yang berlebihan (misalnya demi menghasilkan foto estetik dengan memanjat stupa candi).
Mari kita hargai dan hormati budaya lokal Indonesia ini. Sebagai seorang wisatawan kita harus sadar diri bahwa konstruksi candi tidak sama dengan konstruksi bangunan modern seperti saat ini. Mengingat bangunan candi mempunyai ketahanan dan kekuatan berbeda karena usianya yang sudah mencapai ratusan tahun. Selain itu, perbaikan bangunan candi sangat sulit dilakukan sehingga pihak pengelola seringkali hanya mampu menciptakan replikanya saja.
"Tak Lupa Mari Kita Lestarikan Warisan Budaya Indonesia ini, Jika Bukan Kita, Siapa Lagi ?????"
Komentar
Posting Komentar