Langsung ke konten utama

Menikmati Liburan Ini Bersama Kawan Panitia Kesekretariatan Porseni Jatim 2025 dengan Sepenuh Hati/Vareza Juniardi, S.Pd.

Liburan kali ini terasa berbeda. Bukan karena tempat yang dikunjungi luar biasa mewah atau perjalanan yang istimewa, tetapi karena kebersamaan yang tercipta bersama kawan-kawan dari panitia kesekretariatan Porseni Jatim 2025. Siapa sangka, dari sebuah amanah kepanitiaan yang awalnya terasa penuh tanggung jawab, justru tumbuh kehangatan, kekompakan, dan persahabatan yang tidak disangka-sangka. Kami datang dari berbagai latar belakang madrasah, membawa semangat masing-masing, bertemu dalam satu tugas: menyukseskan kegiatan besar ini. Hari-hari yang awalnya dipenuhi rapat, dokumen, dan cek ulang administrasi, perlahan berubah menjadi momen yang penuh canda tawa. Mulai dari saling berbagi cerita, membantu satu sama lain saat kelelahan, hingga menikmati secangkir kopi larut malam hingga semuanya terasa bermakna. Liburan ini bukan hanya tentang melepas penat. Ini tentang rasa syukur karena dipertemukan dengan orang-orang hebat yang dengan sepenuh hati bekerja sama, salin...

KEISTIMEWAAN PANCASILA BUKANLAH AL QUR’AN HADITS/HASIT YASIN

KEISTIMEWAAN PANCASILA BUKANLAH AL QUR'AN HADITS
Istilah dalam peribahasa indonesia dikatakan sinonem dengan kata identik tapi tidak sama namun penuh dengan penafsiran.Berbicara tentang pancasila tidak lain kita akan membicarakan tentang dasar negara kita sendiri yang merukan hasil dari perjuanagan para pahlawan kita yang sangat cinta terhadap keutuhan negaranya. Pncasila sebagai simbul kebesaran jiwa yang suci untuk memupuk rasa rindu akan kebersamaan idiologi dan pandangan hidup bangsa dalam mewujudkan terhadap keutuhan bangsa dan negara.Pancasila adalah sebagai dasar negara dan pandangan hidup bangsa Indonesia. Sebagai dasar negara, Pancasila memiliki peran yang sangat aktif dan penting dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Lima sila yang terkandung di dalamnya ibarat al qur'an dan al hadits sebagai landasan dasar pokok dalam syare'at islam, demikian pula pancasila bukan hanya menjadi dasar hukum dan kebijakan negara, tetapi juga menjadi pedoman dalam bertingkah laku sehari-hari bagi seluruh warga negara Indonesia. Keistimewaan Pancasila tercermin dalam berbagai aspek kehidupan sehari-hari, dari hubungannya antar individu hingga kebijakan sosial kemasyarakatan.
sila pertama yaitu "Ketuhanan Yang Maha Esa" mencerminkan keistimewaan Pancasila dalam menjaga aqidah dan keyakinan sebagai wujud seorang beragama serta menjaga kerukunan antar umat beragama. Dalam kehidupan sehari-hari, kita bisa melihat kenyataan masyarakat Indonesia yang saling menghormati keyakinan dalam melaksanakan ibadah, meskipun berbeda dalam beragama. Pancasila mendorong toleransi yang tinggi dan penghormatan terhadap kebebasan beragama, yang merupakan nilai dasar dalam masyarakat majemuk seperti Indonesia.
Kedua, sila kedua Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, sila kedua ini  menanamkan nilai-nilai kemanusiaan diantara sesama ummat manusia sebagai hamba Allah yang mulia,menerapkan keadilan, dan kesetaraan jender/derajat diantara sesama makhluk pilihan Allah dimuka bumi ini. Dalam praktiknya, sila ini mengajarkan kita untuk saling membantu, saling menghargai terhadap sesama, dan menolak dari segala bentuk penindasan atau ketidak adilan. Misalnya, ketika terjadi bencana, banyak masyarakat yang secara sukarela membantu sesama tanpa memandang suku, agama, atau ras.
Ketiga,sila ketiga Persatuan Indonesia menjadi landasan kuat dalam memupuk pondasi identitas nasional. Keistimewaannya terlihat dari semangat gotong royong, kerja sama lintas suku, serta rasa bangga terhadap kebhinekaan. Di tengah perbedaan, Pancasila mempersatukan seluruh elemen bangsa dalam satu kesatuan yang utuh.
Keempat, *sila keempat* "Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan" mencerminkan nilai demokrasi yang khas Indonesia. Dalam kehidupan sehari-hari, kita diajarkan untuk menyelesaikan masalah melalui musyawarah dan menghargai pendapat orang lain. Hal ini dapat dilihat dalam pengambilan keputusan di lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat.
Kelima, sila kelima Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia memperjuangkan pemerataan kesejahteraan dan keadilan bagi seluruh rakyat. Dalam kehidupan sehari-hari, nilai ini diwujudkan melalui berbagai program sosial pemerintah dan kepedulian masyarakat terhadap sesama yang kurang mampu.
Secara menyeluruh, keistimewaan Pancasila terletak pada kemampuannya menyatukan keberagaman, menanamkan nilai luhur, dan menjadi pedoman moral dalam kehidupan sehari-hari. Pancasila ini bukan hanya dokumen formal negara, tetapi juga bagian dari budaya dan identitas bangsa Indonesia.
Pancasila dikatakan sakti karena memiliki kekuatan yang luar biasa dalam menjaga keutuhan dan persatuan bangsa Indonesia. Sejak pertama kali dirumuskan oleh para pendiri bangsa pada tahun 1945, Pancasila telah menjadi dasar negara, pandangan hidup, dan pedoman moral bagi seluruh rakyat Indonesia. Kekuatan Pancasila terlihat dari kemampuannya bertahan dan tetap relevan di tengah berbagai ancaman, baik dari dalam maupun luar negeri, sepanjang sejarah perjalanan bangsa.
Pertama, Pancasila mampu menyatukan keberagaman yang sangat kompleks di Indonesia. Bangsa Indonesia terdiri dari ribuan pulau, ratusan suku bangsa, bahasa daerah, serta agama dan kepercayaan yang berbeda. Dalam kondisi semacam ini, potensi konflik sangat besar. Namun, Pancasila dengan lima silanya — Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan, dan Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia — telah menjadi perekat yang menyatukan seluruh elemen bangsa dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Kedua, Pancasila terbukti tahan terhadap berbagai tantangan ideologi yang ingin menggantikan dasar negara ini. Sejarah mencatat beberapa upaya kudeta dan pemberontakan ideologis, seperti pemberontakan PKI (Partai Komunis Indonesia) pada tahun 1948 di Madiun dan G30S/PKI tahun 1965, yang ingin mengganti Pancasila dengan ideologi komunis. Namun, Pancasila tetap tegak berdiri dan bangsa Indonesia kembali menyadari pentingnya Pancasila sebagai benteng ideologi.
Ketiga, kesaktian Pancasila juga tampak dalam perannya sebagai penuntun dalam pembangunan nasional. Dalam era reformasi hingga saat ini, Pancasila tetap menjadi rujukan dalam merumuskan kebijakan negara dan mengatasi berbagai tantangan global, seperti krisis ekonomi, konflik sosial, dan ancaman intoleransi. Ia menjadi dasar moral yang membimbing rakyat dan pemimpin untuk tetap menjunjung tinggi nilai-nilai keadilan, persatuan, dan demokrasi.
Selain itu, Pancasila bukan hanya dokumen formal, melainkan nilai-nilai luhur yang hidup dalam keseharian masyarakat Indonesia. Gotong royong, toleransi, saling menghargai, dan keadilan sosial merupakan cerminan langsung dari implementasi Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.
Oleh karena itu, Pancasila dikatakan sakti bukan karena sifat magis atau mistik, tetapi karena kekuatannya yang nyata dan terbukti dalam menjaga integritas bangsa. Ia adalah dasar yang kokoh bagi bangsa Indonesia untuk terus maju, bersatu, dan berdaulat dalam menghadapi zaman.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pendidikan: Pondasi Pembentukan Karakter dan Kepribadian Bangsa

Pendidikan merupakan elemen penting dalam membentuk karakter dan kepribadian suatu bangsa. Tidak hanya sekadar proses transfer pengetahuan, pendidikan juga berfungsi sebagai dasar pembentukan nilai-nilai moral, etika, dan identitas yang akan menjadi panduan hidup masyarakat di masa depan. Di Indonesia, pendidikan memegang peranan strategis dalam membentuk karakter bangsa yang bermartabat, toleran, dan berkepribadian kuat, serta mampu bersaing dalam kancah global. Karakter bangsa yang kokoh berawal dari pendidikan yang berkualitas dan berbasis nilai-nilai luhur. Dalam konteks ini, pendidikan bukan hanya berfokus pada aspek intelektual, tetapi juga pada pembentukan sikap, perilaku, dan kemampuan berinteraksi yang baik dalam masyarakat. Pendidikan karakter yang diterapkan di sekolah-sekolah di Indonesia, baik di tingkat dasar, menengah, maupun tinggi, harus dapat menanamkan nilai-nilai seperti kejujuran, tanggung jawab, disiplin, gotong-royong, dan cinta tanah air. Nilai-nilai ini akan me...

"Healing" Liburan, "Gass" PPG! / Enki Dani Nugroho, S.Pd. M.Pd.

Libur semester seringkali identik dengan waktu untuk santai, tidur lebih lama, jalan-jalan, atau sekadar rebahan tanpa merasa bersalah. Tapi bagi peserta Pendidikan Profesi Guru (PPG), liburan bukan berarti sepenuhnya berhenti dari perjuangan. Inilah momen "healing", tapi tetap gass alias tetap produktif dengan cara yang menyenangkan dan tidak menguras tenaga seperti biasanya. Healing bukan sekadar pelesiran ke tempat wisata, tetapi bagaimana mengistirahatkan pikiran dari tekanan, sekaligus tetap menjaga ritme semangat belajar. Jadi, meski liburan, peserta PPG bisa tetap menyusun rencana, membuka kembali catatan materi, atau mengulas portofolio secara santai. Caranya? Duduk di teras rumah, ditemani secangkir kopi dan suara alam, sambil baca modul atau nonton ulang rekaman perkuliahan. Serius tapi santai, gass tapi tetap healing!. Bagi sebagian peserta, healing justru datang saat bisa berkarya di tengah liburan. Membuat media ajar interaktif, mencoba AI dalam menyusun bahan pe...