Langsung ke konten utama

Menikmati Liburan Ini Bersama Kawan Panitia Kesekretariatan Porseni Jatim 2025 dengan Sepenuh Hati/Vareza Juniardi, S.Pd.

Liburan kali ini terasa berbeda. Bukan karena tempat yang dikunjungi luar biasa mewah atau perjalanan yang istimewa, tetapi karena kebersamaan yang tercipta bersama kawan-kawan dari panitia kesekretariatan Porseni Jatim 2025. Siapa sangka, dari sebuah amanah kepanitiaan yang awalnya terasa penuh tanggung jawab, justru tumbuh kehangatan, kekompakan, dan persahabatan yang tidak disangka-sangka. Kami datang dari berbagai latar belakang madrasah, membawa semangat masing-masing, bertemu dalam satu tugas: menyukseskan kegiatan besar ini. Hari-hari yang awalnya dipenuhi rapat, dokumen, dan cek ulang administrasi, perlahan berubah menjadi momen yang penuh canda tawa. Mulai dari saling berbagi cerita, membantu satu sama lain saat kelelahan, hingga menikmati secangkir kopi larut malam hingga semuanya terasa bermakna. Liburan ini bukan hanya tentang melepas penat. Ini tentang rasa syukur karena dipertemukan dengan orang-orang hebat yang dengan sepenuh hati bekerja sama, salin...

Adil Itu Asik: Menjalani Hidup dengan Semangat Sila Kelima/ Miftahur Rizal, S.Pd.

Sila kelima dalam Pancasila berbunyi "Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia." Sila ini bukan sekadar semboyan, melainkan pedoman hidup yang sangat relevan untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Keadilan sosial berarti memberikan perlakuan yang setara, menghormati hak setiap orang, dan membantu menciptakan kesejahteraan bersama. Menjalani hidup dengan semangat sila kelima bukan hanya membuat lingkungan menjadi lebih baik, tapi juga membuat hidup kita terasa lebih bermakna dan... asik!

Keadilan tidak selalu berarti membagi sama rata, tapi membagi sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan. Misalnya, dalam keluarga, orang tua mungkin memberi uang saku berbeda untuk setiap anak sesuai usia dan tanggung jawab mereka. Ini bukan ketidakadilan, melainkan bentuk keadilan proporsional. Hal ini juga bisa diterapkan di sekolah atau tempat kerja, seperti saat membagi tugas berdasarkan kemampuan dan keahlian masing-masing.

Menjalani hidup dengan semangat sila kelima juga berarti tidak bersikap pilih kasih dan tidak mendiskriminasi siapa pun. Dalam berteman, kita tidak boleh hanya memilih berdasarkan latar belakang atau status sosial. Kita harus belajar menghargai semua orang, tanpa membedakan suku, agama, atau kondisi ekonomi. Keadilan sosial muncul dari sikap saling menghormati dan memberi kesempatan yang sama kepada semua orang untuk berkembang.

Sila kelima juga mendorong kita untuk peduli terhadap sesama. Saat ada teman yang tidak mampu membeli perlengkapan sekolah, kita bisa mengajaknya bekerja sama dalam belajar, atau bahkan ikut membantu semampunya. Saat lingkungan sekitar mengalami musibah, seperti banjir atau kebakaran, kita bisa turun tangan memberi bantuan. Ini adalah bentuk nyata dari keadilan sosial yang hidup dalam tindakan kita sehari-hari.

Mengamalkan sila kelima tidak membutuhkan hal besar. Cukup dimulai dari diri sendiri: tidak korupsi waktu, tidak mengambil hak orang lain, membantu teman, bersikap adil dalam kelompok, dan menghargai perbedaan. Sifat adil akan membuat kita dipercaya, dihormati, dan menjadi teladan bagi orang lain.

Jadi, adil itu memang asik. Dengan bersikap adil, kita tidak hanya membuat hidup kita lebih damai, tetapi juga membantu membangun masyarakat yang lebih baik dan harmonis. Mari kita mulai dari sekarang, dari hal kecil, dan dari diri sendiri. Karena keadilan sosial adalah tanggung jawab kita bersama sebagai warga negara Indonesia.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pendidikan: Pondasi Pembentukan Karakter dan Kepribadian Bangsa

Pendidikan merupakan elemen penting dalam membentuk karakter dan kepribadian suatu bangsa. Tidak hanya sekadar proses transfer pengetahuan, pendidikan juga berfungsi sebagai dasar pembentukan nilai-nilai moral, etika, dan identitas yang akan menjadi panduan hidup masyarakat di masa depan. Di Indonesia, pendidikan memegang peranan strategis dalam membentuk karakter bangsa yang bermartabat, toleran, dan berkepribadian kuat, serta mampu bersaing dalam kancah global. Karakter bangsa yang kokoh berawal dari pendidikan yang berkualitas dan berbasis nilai-nilai luhur. Dalam konteks ini, pendidikan bukan hanya berfokus pada aspek intelektual, tetapi juga pada pembentukan sikap, perilaku, dan kemampuan berinteraksi yang baik dalam masyarakat. Pendidikan karakter yang diterapkan di sekolah-sekolah di Indonesia, baik di tingkat dasar, menengah, maupun tinggi, harus dapat menanamkan nilai-nilai seperti kejujuran, tanggung jawab, disiplin, gotong-royong, dan cinta tanah air. Nilai-nilai ini akan me...

"Healing" Liburan, "Gass" PPG! / Enki Dani Nugroho, S.Pd. M.Pd.

Libur semester seringkali identik dengan waktu untuk santai, tidur lebih lama, jalan-jalan, atau sekadar rebahan tanpa merasa bersalah. Tapi bagi peserta Pendidikan Profesi Guru (PPG), liburan bukan berarti sepenuhnya berhenti dari perjuangan. Inilah momen "healing", tapi tetap gass alias tetap produktif dengan cara yang menyenangkan dan tidak menguras tenaga seperti biasanya. Healing bukan sekadar pelesiran ke tempat wisata, tetapi bagaimana mengistirahatkan pikiran dari tekanan, sekaligus tetap menjaga ritme semangat belajar. Jadi, meski liburan, peserta PPG bisa tetap menyusun rencana, membuka kembali catatan materi, atau mengulas portofolio secara santai. Caranya? Duduk di teras rumah, ditemani secangkir kopi dan suara alam, sambil baca modul atau nonton ulang rekaman perkuliahan. Serius tapi santai, gass tapi tetap healing!. Bagi sebagian peserta, healing justru datang saat bisa berkarya di tengah liburan. Membuat media ajar interaktif, mencoba AI dalam menyusun bahan pe...